Penalaran Induktif
Seperti
yang telah dijelaskan dalam tulisan sebelumnya tentang penalaran
induktif, penalaran mempunyai arti proses berpikir yang bertolak dari
pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep
dan pengertian. Dalam judul kali ini akan di bahas mengenai pelaran
Induktif.
Pengertian Penalaran Induktif
itu sendiri adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa
prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang
bersifat khusus, prosesnya disebut induksi.
Metode
berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir
denganbertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan
difenomena yangdiselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum
diteliti.
Dalam
konteks ini, teori bukan merupakan persyaratan mutlak tetapi kecermatan
dalam menangkap gejala dan memahami gejala merupakan kunci sukses untuk
dapat mendiskripsikan gejala dan melakukan generalisasi. Adapun
bentuk-bentuk Penalaran Induktif, yaitu: generalisasi, analogi, atau
hubungan sebab akibat atau hubungan kasual.
§ Generalisasi
Generalisasi
adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala
dengan sifat-sifat tertentu mengenai semua atau sebagaian dari gejala
serupa. Dari sejumlah fakta atau gejala khusus yang diamati ditarik
kesimpulan umum tentang sebagian atau seluruh gejala yang diamati itu.
Proses penarikan kesimpulan yang dilakukan dengan cara itu disebut
dengan generalisasi. Jadi, generalisasi adalah pernyataan yang berlaku
umum untuk semua atau sebagian gejala yang diamati. Karena itu suatu
generalisasi mencakup ciri-ciri esensial atau yang menonjol, bukan
rincian. Di dalam pengembangan karangan, generalisasi perlu ditunjang
atau dibuktikan dengan fakta-fakta, contoh-contoh, data statistik, dan
sebagainya yang merupakan spesifikasi atau ciri khusus sebagai
penjelasan lebih lanjut.
Contoh:
Raisa adalah murid baru 3B, ia memiliki rambut panjang
Lita adalah murid baru 3B, ia memiliki rambut panjang
Generalisasi:Semua murid 3B berambut panjang
Generalisasi
dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu, generalisasi tanpa loncatan
induktif dan generalisasi dengan loncatan induktif.
1. Generalisasi tanpa loncatan induktif
Generalisasi tanpa loncatan induktif adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh: Sensus penduduk
2. Generalisasi dengan loncatan induktif
Generalisasi
dengan loncatan induktif adalah generalisasi dimana kesimpulan diambil
dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua
fenomena yang belum diselidiki.
Contoh: Hampir seluruh wanita dewasa di Korea senang memakai baju berwarna cerah.
§ Analogi
Pada dasarnya Analogi
merupakan perbandingan. Perbandingan selalu mengenai sekurang-kurangnya
dua hal yang berlainan. Dari kedua hal yang berlainan itu dicari
kesamaannya (bukan perbedaanya). Dari pengungkapannya, ada analogi
sederhana serta mudah dipahami dan ada yang merupakan kias yang lebih
sulit dipahami. Dari isinya, analogi dapat dibedakan sebagai analogi
dekoratif dan analogi induktif.
Analogi
induktif merupakan analogi yang disusun berdasarkan persamaan yang ada
pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada
fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua. Di dalam proses
analogi induktif kita menarik kesimpulan tentang fakta yang baru
berdasarkan persamaan ciri dengan sesuatu yang sudah dikenal. Kebenaran
yang berlaku yang satu (lama) berlaku pula dengan yang lain (baru). Yang
sangat penting dengan proses analogi induktf ialah bahwa persamaan yang
digunakan sebagai dasar kesimpulan merupakan ciri utama (esensial) yang
berhubungan erat dengan kesimpulan.
Analogi mempunyai 4 fungsi,antara lain :
1. Membandingkan beberapa orang yang memiliki sifat kesamaan
2. Meramalkan kesamaan
3. Menyingkapkan kekeliruan
4. Klasifikasi
Contoh:
Seseorang
yang belajar sama halnya dengan mengasah pisau yang tumpul. Pisau yang
tumpul apabila diasah sedikit demi sedikit berangsur tajam. Demikian
halnya belajar, apabila rajin mengulang dan penuh ketekunan, kita akan
menguasai materi yang kita pelajari. Jadi, belajar sama halnya dengan
mengasah pisau tumpul.
§ Hubungan Sebab Akibat atau Hubungan Kasual
Penalaran kausalitas menunjukkan
hubungan sebab-akibat atau akibat-sebab. Atau bisa dikatakan sebagai
penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.
Macam-macam hubungan kausal :
1. Sebab-akibat
Peristiwa yang dianggap sebagai sebab menuju kesimpulan sebagai efek dari peristiwa tersebut.
Contoh: Jumlah perumahan di Bekasi semakin bertambah, akibatnya kepadatan penduduk semakin parah
Contoh: Jumlah perumahan di Bekasi semakin bertambah, akibatnya kepadatan penduduk semakin parah
2. Akibat-sebab
Peristiwa yang dianggap sebagai akibat dari sebab peristiwa tersebut yang mungkin telah menimbulkan akibat.
Contoh: Sudah beberapa hari Zakkie tidak masuk sekolah, rumahnya pun tampak sepi, Ibunya nampak pergi ke Rumah Sakit. Oleh karena itu, sepertinya Zakkie sedang sakit
Contoh: Sudah beberapa hari Zakkie tidak masuk sekolah, rumahnya pun tampak sepi, Ibunya nampak pergi ke Rumah Sakit. Oleh karena itu, sepertinya Zakkie sedang sakit
3. Akibat-akibat
Akibat dari akibat yang lain tanpa menyebut sebab umum yang menimbulkan kedua akibat.
Contoh: Harga bahan bakar jenis Premium akan naik mengikuti harga pasaran minyak, sehingga bahan-bahan baku pun harganya ikut melambung
Contoh: Harga bahan bakar jenis Premium akan naik mengikuti harga pasaran minyak, sehingga bahan-bahan baku pun harganya ikut melambung
Ciri-ciri Penalaran Induktif
· Terlebih dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus
· Kemudian, menarik kesimpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus
· Kesimpulan terdapat di akhir paragraf
· Menemukan Kalimat Utama, Gagasan Utama, Kalimat Penjelas
· Kalimat utama paragraf induktif terletak di akhir paragraph
· Gagasan Utama terdapat pada kalimat utama
· Kalimat penjelas terletak sebelum kalimat utama, yakni yang mengungkapkan peristiwa-peristiwa khusus
· Kalimat penjelas merupakan kalimat yang mendukung gagasa utama
Referensi:
Akhaadiah, Subarti, dkk. Pembinaan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga. 1990
http://yogatama-anggita.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar